Tenrycolle.com
What better to do than, share your English knowledge with other people
Tenrycolle.com
What better to do than, share your English knowledge with other people
What better to do than, share your English knowledge with other people
What better to do than, share your English knowledge with other people
Dalam ujian studi kasus UKPPPG, guru diminta untuk menceritakan masalah yang dihadapi di dalam kelas, salah satunya terkait dengan penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). LKPD menjadi instrumen penting dalam proses pembelajaran karena berfungsi sebagai panduan aktivitas siswa sekaligus media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun, dalam praktiknya, guru sering menghadapi tantangan, baik dari sisi perancangan LKPD, keterlibatan siswa, maupun efektivitas penggunaannya. Oleh karena itu, refleksi dalam bentuk studi kasus sangat diperlukan untuk mengkaji kembali sejauh mana LKPD dapat mendukung proses belajar mengajar di kelas Bahasa Inggris.
Baca juga: Hanya 35rb, dapatkan 10 X paket Try Out PCK Bahasa Inggris, Try Out dari ruang GTK, modul belajar mandiri, contoh studi kasus reflektif (LKPD, Asesmen, Media dan Strategi). Try out berbasis UTBK, lengkap kunci jawaban, pembahasan, dan dapat diakses berulang kali Klik disini!
Untuk membantu guru dalam menyusun studi kasus, terdapat beberapa pertanyaan kunci yang biasanya diajukan. Pertanyaan ini tidak hanya menjadi pedoman refleksi, tetapi juga menjadi dasar untuk menilai relevansi serta efektivitas LKPD yang dibuat. Adapun pertanyaan yang perlu dijawab antara lain:
LKPD yang saya buat difokuskan pada keterampilan berbicara (speaking) dengan topik Introducing Myself. Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah siswa mampu memperkenalkan diri secara lisan menggunakan bahasa Inggris sederhana, mencakup nama, usia, hobi, sekolah, dan cita-cita.
Kondisi siswa menunjukkan adanya kesenjangan kemampuan. Sebagian siswa cukup percaya diri berbicara dalam bahasa Inggris karena sudah terbiasa mendengar dari media digital, tetapi sebagian besar lainnya masih ragu, malu, atau takut salah dalam mengucapkan kata-kata. Ada pula siswa yang memiliki kosakata terbatas sehingga kesulitan menyusun kalimat. Oleh sebab itu, LKPD dirancang untuk menjembatani kesenjangan tersebut dengan memberikan tahapan latihan, mulai dari membaca dialog contoh, melengkapi kalimat, hingga praktik perkenalan diri secara mandiri.
Dalam merancang LKPD, saya menggunakan prinsipCulturally Responsive Teachingdan Pendekatan Berdiferensiasi. Langkah-langkahnya adalah:
Respon siswa terhadap LKPD ini cukup positif. Mereka merasa terbantu dengan adanya contoh teks dan word bank sehingga tidak takut salah. Siswa yang awalnya pasif mulai berani mencoba memperkenalkan diri di depan teman. Aktivitas berpasangan juga membuat suasana kelas lebih hidup karena siswa dapat saling mendukung. Lebih dari 80% siswa mampu menyampaikan perkenalan diri dengan benar, meski ada beberapa yang masih terbata-bata dalam pengucapan.
Pengalaman berharga dari kegiatan ini adalah pentingnya membuat LKPD yang relevan dengan kehidupan nyata siswa. Saya belajar bahwa ketika materi dekat dengan identitas dan budaya mereka, siswa menjadi lebih berani berbicara. Selain itu, pendekatan berdiferensiasi sangat membantu dalam mengakomodasi perbedaan kemampuan sehingga semua siswa bisa berpartisipasi aktif. Sebagai guru, pengalaman ini mengingatkan saya untuk selalu reflektif dan kreatif dalam merancang media pembelajaran, agar setiap siswa mendapat kesempatan berkembang sesuai potensinya.