Studi Kasus UKPPPG Guru Tertentu Masalah LKPD

Baca juga: Modul Ajar Bahasa Inggris UKPPPG UKIN Berbasis Deep Learning, klik disini!

Pertanyaan yang Perlu Dijawab dalam Studi Kasus LKPD

Dalam proses UKPPPG, guru dituntut untuk mampu mengembangkan dan mengimplementasikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta tujuan pembelajaran. Sebagai bagian dari studi kasus, terdapat beberapa pertanyaan kunci yang harus dijawab untuk menggali pemahaman, perancangan, serta refleksi guru terhadap LKPD yang dibuat. Pertanyaan tersebut mencakup:

  1. Deskripsikan LKPD yang Bapak/Ibu buat sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran?
  2. Bagaimana merancang LKPD sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi siswa?
  3. Bagaimana respon peserta didik dengan LKPD yang dibuat?
  4. Apa pengalaman berharga yang bisa dipetik?

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi acuan penting dalam menganalisis efektivitas LKPD serta sejauh mana LKPD tersebut mampu mendukung ketercapaian kompetensi yang diharapkan.

Contoh Studi Kasus LKPD

Deskripsi LKPD sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran

LKPD yang saya buat difokuskan pada keterampilan berbicara (speaking) dengan topik Introducing Myself. Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah siswa mampu memperkenalkan diri secara lisan menggunakan bahasa Inggris sederhana, mencakup nama, usia, hobi, sekolah, dan cita-cita.

Kondisi siswa menunjukkan adanya kesenjangan kemampuan. Sebagian siswa cukup percaya diri berbicara dalam bahasa Inggris karena sudah terbiasa mendengar dari media digital, tetapi sebagian besar lainnya masih ragu, malu, atau takut salah dalam mengucapkan kata-kata. Ada pula siswa yang memiliki kosakata terbatas sehingga kesulitan menyusun kalimat.

Oleh sebab itu, LKPD dirancang untuk menjembatani kesenjangan tersebut dengan memberikan tahapan latihan, mulai dari membaca dialog contoh, melengkapi kalimat, hingga praktik perkenalan diri secara mandiri.

Perancangan LKPD sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi siswa

Dalam merancang LKPD, saya menggunakan prinsip Culturally Responsive Teaching dan Pendekatan Berdiferensiasi. Langkah-langkahnya adalah:

  1. Identifikasi kebutuhan siswa: siswa dengan keterbatasan kosakata diberi dukungan berupa word bank (kumpulan kata bantu), sedangkan siswa yang lebih mahir diberi tugas improvisasi.
  2. Menentukan tujuan pembelajaran: siswa dapat memperkenalkan diri dengan 5–6 kalimat sederhana secara lisan.
  3. Menyusun konten LKPD:
    Bagian awal: contoh teks perkenalan sederhana, misalnya “Hello, my name is … I am … years old. My hobby is …”
    Bagian tengah: latihan melengkapi kalimat dengan kosakata yang disediakan
    Bagian lanjut: aktivitas pair work di mana siswa saling memperkenalkan diri dengan pasangan.
  4. Mengaitkan budaya lokal (Culturally Responsive Teaching): LKPD menyediakan ruang bagi siswa untuk menyebutkan hobi, makanan kesukaan, atau cita-cita yang dekat dengan budaya mereka, sehingga mereka merasa relevan dan lebih percaya diri.
  5. Pendekatan Berdiferensiasi: instruksi diberikan dengan tiga tingkat tantangan: (a) membaca ulang contoh, (b) mengisi teks rumpang, (c) berbicara tanpa teks.

Respon peserta didik terhadap LKPD

Respon siswa terhadap LKPD ini cukup positif. Mereka merasa terbantu dengan adanya contoh teks dan word bank sehingga tidak takut salah. Siswa yang awalnya pasif mulai berani mencoba memperkenalkan diri di depan teman. Aktivitas berpasangan juga membuat suasana kelas lebih hidup karena siswa dapat saling mendukung. Lebih dari 80% siswa mampu menyampaikan perkenalan diri dengan benar, meski ada beberapa yang masih terbata-bata dalam pengucapan.

Pengalaman berharga yang bisa dipetik

Pengalaman berharga dari kegiatan ini adalah pentingnya membuat LKPD yang relevan dengan kehidupan nyata siswa. Saya belajar bahwa ketika materi dekat dengan identitas dan budaya mereka, siswa menjadi lebih berani berbicara. Selain itu, pendekatan berdiferensiasi sangat membantu dalam mengakomodasi perbedaan kemampuan sehingga semua siswa bisa berpartisipasi aktif. Sebagai guru, pengalaman ini mengingatkan saya untuk selalu reflektif dan kreatif dalam merancang media pembelajaran, agar setiap siswa mendapat kesempatan berkembang sesuai potensinya.

Tenry Colle
Tenry Colle

Hi! My name is A. Tenry Lawangen Aspat Colle. I am a motivated and resourceful English educator. In addition, as the owner of @rymari.translation17 has shaped me to be a punctual and dependable translator of Indonesian to English and vice versa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *