Tenrycolle.com
What better to do than, share your English knowledge with other people
What better to do than, share your English knowledge with other people
What better to do than, share your English knowledge with other people
Dengan mengikuti tips dan trik ini, kamu dapat menulis esai yang memberikan gambaran yang jelas dan padat tentang keputusan penting yang pernah kamu ambil, serta dampaknya bagi kamu dan pihak terkait.
Selain menjadi seorang guru, saya juga aktif sebagai seorang penerjemah. Ketika saya sedang berkuliah di Universitas Negeri Semarang untuk melanjutkan pendidikan Magister, Kepala Program Studi Bahasa Inggris, ibu Netty Huzniati Andas, S.Pd., M.Hum. dari Universitas Sembilanbelas November, universitas dimana saya menyelesaikan pendidikan Sarjana, beliau menghubungi saya untuk menjadi seorang penerjemah di salah satu kegiatan yang berlangsung di Jakarta. Sekaligus mendampingi Dekan Fakultas Teknologi Informasi, Bapak Dr. Sulfikar Sallu, M.Kom., ITIL., MTA., CSCA., MCE., C.DT dalam kegiatan tersebut.
Pada saat itu, saya tidak langsung menerima permintaan tersebut. Saya meminta waktu untuk memberikan jawaban atas permintaan tersebut. Ada beberapa hal yang harus saya pertimbangan ketika itu. Saya baru saja mengambil data penelitian tesis dan harus mengolah data tersebut, terlebih dosen pembimbing meminta saya untuk memperlihatkan olahan data yang saya peroleh sesegera mungkin sebelum saya uraikan di Bab Penemuan dan Pembahasan. Kemudian, saat itu saya juga merasa ragu dengan kemampuan yang saya miliki.
Saya memang sudah sering menerjemahkan, namun permintaan jasa penerjemah yang saya peroleh berasal dari iklan yang saya lakukan melalui aplikasi daring, seperti Instagram dan Shopee. Karena sifatnya daring, saya tidak perlu bertemu langsung dengan klien. Mereka mengirim naskah melalui email atau aplikasi Whatsapp, begitu juga ketika saya mengirimkan hasil terjemahan dari naskah tersebut. Proses pembayarannya pun dilakukan secara non-tunai, dikirim melalui rekening bank, aplikasi DANA, atau ShopeePay.
Sehingga, ajakan yang ditawarkan oleh ibu Netty Huzniati Andas, S.Pd., M.Hum. merupakan pekerjaan pertama saya yang mengharuskan berinteraksi langsung dengan klien. Sehingga saya ragu, bukan dengan kemampuan saya menerjemahkan tetapi kemampuan saya untuk berinteraksi dengan mereka nantinya, bagaimana saya mengatasi keberagaman yang tercipta ketika kerja sama tersebut berlangsung.
Dan pertimbangan terakhir adalah ini juga merupakan pertemuan pertama saya dengan bapak Sulfikar Sallu. Saya tidak pernah mendengar nama beliau sebelumnya, apalagi bertemu dengan beliau. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari tahu siapa beliau di Google. Hasil pencarian saya membuat semakin maju mundur untuk menerima tawaran tersebut karena saya merasa saya tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk mendampingi beliau.
Setelah meminta waktu untuk berfikir, pada akhirnya, tawaran tersebut saya terima. Saya menerima tawaran untuk menjadi seorang penerjemah di kegiatan Core to Core Program Indonesian Side-Japan Society for The Promotion of Science yang berlangsung selama 4 hari. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 orang peserta yang merupakan dosen dengan disiplin ilmu yang berbeda dan berasal dari berbagai Universitas di Indonesia. Dimana, saya menerjemahkan artikel dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris yang mereka hasilkan.
Tapi, bukan berarti saya tidak melakukan komunikasi langsung secara lisan dengan mereka. Saya tetap berkomunikasi dengan peserta kegiatan tersebut dengan menggunakan Bahasa Indonesia guna mendiskusikan artikel yang diterjemahkan.
Baca Juga: Try Out Test Substantif GRATIS PPG PRAJABATAN Jurusan Bahasa Inggris
Untuk mengidentifikasi dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan yang mungkin muncul ketika saya mengambil keputusan menjadi seorang penerjemah di kegiatan Core to Core Program Indonesian Side-Japan Society for The Promotion of Science, maka langkah yang saya lakukan adalah mengidentifikasi masalah dan mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut.
Pertanyaan what is the problem (apa masalahnya?) dapat membantu saya untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dalam pengambilan keputusan tersebut. Ketika saya menanyakan hal ini kepada diri saya sendiri, maka dua masalah penting yang perlu saya pertimbangan adalah terhambatnya proses penulisan dan bimbingan tesis yang sedang saya kerjakan dan masalah keberagaman yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari kerja sama tersebut.
Sebenarnya ada masalah-masalah lain yang muncul berkaitan dengan hal ini, seperti saya harus menggunakan transportasi apa ke Jakarta?; apakah menggunakan pesawat atau kereta?; Atau, apakah saya menggunakan bus yang relatif lebih murah?. Namun, mengadaptasi yang dikatakan Malcolm Forbes, “It’s so much easier to suggest solutions when you don’t know too much about the problem.”
Saya akan lebih mudah menemukan solusi ketika saya tidak tahu banyak mengenai masalah tersebut. Bukan berarti saya mengindahkan masalah yang ada, tetapi memiliki daftar masalah yang terlalu banyak akan membuat saya berputar-putar di masalah itu saja, maju mundur dan takut mengambil keputusan, bahkan lebih parahnya lagi membuang kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
Pertanyaan, why does the problem exist? (Mengapa masalah itu ada?) membantu saya untuk mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut?. Masalah pertama muncul karena saat itu saya baru-baru saja memperoleh data penelitian, dimana data tersebut perlu untuk saya olah lagi. Ketika proses pengolahan data tersebut tidak saya kerjakan sesegera mungkin, maka otomatis berpengaruh juga dengan proses bimbingan tesis saya.
Kemudian, masalah kedua muncul karena jika saya menerima tawaran tersebut maka ini adalah proyek penerjemahan pertama yang mengharuskan saya bertemu dengan kliennya secara langsung. Ketika bertemu dan berinteraksi dengan orang baru dengan berbagai keragaman yang mungkin dibawa oleh masing-masing orang, memungkinkan terjadinya kesalahpahaman.
Sumber: https://www.forbes.com/quotes/6371/
Ada 4 proses atau langkah yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan berkenaan dengan tawaran ini.
Sebagaimana yang telah saya jelaskan, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan yang mungkin muncul ketika saya mengambil keputusan tersebut, maka saya perlu mengidentifikasi masalah dan mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut. Mengidentifikasi masalah erat kaitannya dengan kemampuan dan ketidakmampuan saya atau kelebihan dan kekurangan yang saya miliki dalam melaksanakan peran nantinya.
Setelah saya memahami kemungkinan permasalahan yang akan terjadi, saya juga perlu mempertimbangkan manfaat yang dapat saya peroleh ketika menerima tawaran tersebut. Ikut berpartisipasi di suatu kegiatan dengan peserta yang beragam merupakan lumbung untuk belajar.
Keberagaman ini meliputi bahasa, perbedaan usia dan generasi, serta perbedaan latar belakang kehidupan (pendidikan dan pengalaman kerja), maka saya memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan keragaman tersebut dan belajar bagaimana mengatasi kesalahpahaman yang mungkin terjadi selama proses kerja sama tersebut. Melalui kerja sama ini juga, tidak dapat dipungkiri bahwa saya dapat membangun jaringan penerjemahan yang lebih luas lagi kedepannya, mulai dari klien maupun disiplin ilmu.
Kemudian, kegiatan ini dihadiri oleh 40 dosen yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia dengan disiplin ilmu yang beragam. Hal ini dapat menambah wawasan ilmu saya. Di waktu senggang, seperti saat sedang coffee break atau makan siang, saya bisa menanyakan hal-hal terkait studi S2 saya, penelitian saya, dan banyak lagi. Kerja sama ini membuka peluang kepada saya untuk tumbuh dan berkembang kearah yang lebih baik. Dapat saya katakan bahwa tawaran ini adalah kesempatan yang sangat berharga, yang mungkin tidak akan datang dua kali.
Ketika saya menerima tawaran tersebut ada kemungkinan proses pengolahan data penelitian yang saya lakukan terhambat. Mengapa? Artikel yang saya terjemahkan bisa sejumlah atau kurang dari jumlah peserta kegiatan, dalam hal ini 40 orang. Proses kegiatan ini berlangsung 4 hari, namun waktu yang diberikan untuk proses penerjemahan adalah 1 bulan.
Maka, saya harus berfokus pada penerjemahan ini selama 1 bulan, yang secara otomatis olahan data, penulisan tesis, serta proses bimbingan tidak menjadi fokus utama saya. Sehingga, saya perlu membentuk tim penerjemahan.
Kemudian, berkenaan dengan masalah keberagaman; untuk keragaman bahasa, perlu saya jelaskan bahwa saya berasal dari Sulawesi dengan gaya berbicara (nada, aksen, kecepatan) yang berbeda dengan peserta kegiatan. Maka saya perlu mengontrol kecepatan berbicara, berbicara secara jelas dan sopan, serta menghindari kata-kata dan frasa slang ketika sedang berdiskusi mengenai artikel yang saya terjemahkan.
Kemudian, saya menanamkan dalam diri untuk memperlakukan mereka sebagaimana mereka ingin diperlakukan, bukan sebagaimana saya ingin diperlakukan karena apa yang saya sukai belum tentu disukai oleh orang lain. Saya lebih menyukai memindahkan file terjemahan via email. Tapi bagi orang lain, lebih praktis menggunakan Diska lepas USB.
Hal ini disebabkan karena keragaman tadi, keragaman latar belakang pribadi seperti pendidikan dan pengalaman kerja serta perbedaa usia atau generai. Sehingga, setiap orang memiliki kebiasaanya masing-masing, pandangan, nilai yang dapat mempengaruhi cara mereka bekerja.
Setelah mengetahui masalah yang timbul, manfaat yang diperoleh, dan solusi yang dapat diambil seperti yang telah saya jelaskan diatas, maka proses selanjutnya adalah mengambil keputusan. Mempertimbangkan adakah manfaat yang bisa saya peroleh dari masalah yang mungkin muncul?; apakah ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut?; apakah ketika saya menerima tawaran tersebut, manfaat yang saya peroleh lebih banyak dibanding kerugiannya?. Dan akhirnya, saya memutuskan untuk menerima tawaran kerja sama untuk menjadi seorang penerjemah di kegiatan tersebut.
Demikian empat langkah yang selalu saya lakukan dalam mengambil setiap keputusan, yaitu pahami masalahnya, pertimbangkan manfaatnya, menemukan solusinya, dan mengambil keputusan.
Baca Juga: Try Out Test Substantif GRATIS PPG PRAJABATAN Jurusan PGSD
Tidak ada hasil dari keputusan untuk menjadi seorang penerjemah di kegiatan Core to Core Program Indonesian Side-Japan Society for The Promotion of Science yang saya sesali. Keputusan untuk menerima tawaran tersebut membuahkan hasil yang baik, yang dapat saya rasakan sampai saat ini.
Setelah saya berusaha mengatasi permasalahan yang mungkin muncul dengan pengambilan keputusan tersebut, saya dapat memperoleh kepercayaan di bidang penerjemahan, dimana kolaborasi ini tetap berlangsung sampai saat ini. Bukan saja kolaborasi dengan panitia pelaksana tetapi juga dengan dosen-dosen yang menjadi peserta kegiatan saat itu.
Saat saya sedang menulis esai untuk pertanyaan ini, saya memperoleh kepercayaan untuk menerjemahkan naskah orasi dari ibu Dr. Sri Rahayu, S.SiT., MARS. Beliau adalah salah satu dosen dari kegiatan yang berlangsung di Jakarta Tersebut. Saya juga sudah membantu beberapa dosen lainnya untuk menerjemahkan artikel atau jenis naskah lain yang mereka miliki.
Kemudian, kesempatan lain datang untuk menerjemahkan artikel di tingkat mahasiswa dari berbagai universitas atas rekomendasi beliau semua. Sehingga, ruang lingkup penerjemahan saya pun lebih bervariasi, seperti artikel atau abstrak dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda, naskah berita, orasi ilmiah, kemudian CV, atau yang bersifat lebih pribadi, surat cinta dari seorang istri untuk suaminya untuk mengenang tiap waktu yang mereka lalui bersama.
Hasil dari keputusan ini memberi saya peluang untuk tumbuh dan berkembang. Saya belajar bahwa untuk terus tumbuh dan berkembang maka saya tidak bisa berputar disitu-situ saja, seperti hanya menerjemahkan naskah di satu bidang ilmu saja. Saya harus melangkah keluar dari zona nyaman menuju zona pertumbuhan untuk mempelajari ilmu dan keterampilan baru.
Di zona pertumbuhan inilah, saya memiliki kesempatan untuk menghadapi masalah serta mengambil resiko dari setiap keputusan yang saya lakukan. Namun, ketika saya sudah menguasai ilmu dan keterampilan tersebut, maka zona pertumbuhan itu akan kembali menjadi zona nyaman bagi saya. Dan sudah menjadi tugas bagi saya untuk keluar lagi dari zona nyaman tersebut menuju zona pertumbuhan dengan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda.